PSYCHO-PASS KEREN BANGET
dulu sering kepikiran untuk membuat suatu sistem dimana aku bisa bergantung sama sistem itu sepenuhnya, segalanya punya tempat dan peran masing-masing, segalanya teratur. semua keputusan-keputusan yang dilakukan manusia, bisa diputuskan oleh alat. *akibat dari males mikir* tapi, habis nonton Psycho-Pass, keinginan itu kayak patut dipertanyakan, ternyata kalau dibuat seperti itu setelah dipikir-pikir juga bakalan jadi aneh, buruk mungkin. waktu lagi nonton itu, aku mencoba memposisikan diri jadi orang yang Psycho-Pass-nya nggak bisa diperbaiki, ternyata nggak bebas. aku nggak bisa bermimpi jadi apapun yang aku mau, semua ada standar-nya termasuk pikiran. pikiran jadi nggak bebas, bagi saya kebebasan itu lebih di pikiran. teratur mungkin iya, tapi karena hampir segalanya ada alatnya, ke-manusia-an si manusia itu malah jadi hilang, kalau suatu saat ada bencana besar dan teknologi yang ada sedang tidak bisa dipakai, orang-orang yang hidup di masa itu kemungkinan akan sulit bertahan, mati, sudah terlalu nyaman dengan hidup mereka. emang sih kalau teknologi memadai mungkin bisa ada peringatan dini dimana dimungkinkan adanya evakuasi manusia, tapi teknologi semacam itu pasti butuh riset lama sekali. lagian alam bisa diprediksi setepat apa sih oleh teknologi, itu kan cuma ciptaan manusia. keinginan buat membuat sistem super tetap ada sih, tapi... serius benar-benar dipertanyakan. *kecuali aku yang jadi pengendali sistemnya mungkin* hahahaha
Tuesday, 19 February 2013
Saturday, 16 February 2013
apayah
apa yah?
a-payah? eh, nggak payah dong berarti #naonsih
Mari nge-geje. Makin kesini makin ga bisa serius wkwkwk
Sebenarnya bingung mau nulis apa, tapi demi kesehatan mental, saya harus menulis. HahahaHAHA. cih.
Karena saya nggak bisa teriak seenaknya, karena faktor nggak ada tempat dan well, karena saya emang nggak bisa teriak. *nginget waktu masih di kendo* uh, mau dipaksain gimanapun tetap nggak bisa teriak. Walaupun sudah di tempat sepi sekalipun, di pantai yang nggak ada orang pun kayaknya tetap nggak bisa teriak. Eh, ngapain ini ngomong soal teriak.
Okay, ngapain ya? Ah, jadi, hari ini tampaknya aku jadi sadar tentang sesuatu.
Pokoknya ada yang salah. Ada yang benar-benar salah. Tadi tuh, ke studio. Lebih tepatnya studio musik. Ngapain? Random. Orang yang gak bisa main alat musik kayak saya mau main apa sih? gimme a break, i wanna laugh out loud. HA!
Kayak udah hilang sense, entahlah. Pokoknya sesuatu, dulu masih bisa nyoba ngikutin orang main *biarpun dasar doang* atau seenggaknya ngebayangin mana aja yang harus dipukul. Sekarang nggak bisa sama sekali. Kenapa sih? Apa sih yang salah? Waktu duduk di situ tuh,
"wat? apa yang harus gue pukul? harus bikin suara kayak gimana?"
sekalinya nyoba mukul,
"keras banget, masih nggak bisa koordinasi tangan dan kaki juga." *iyalah latihan gak pernah*
jadi apa yang salah? aku mau bisa main instrumen ini, tapi suaranya keras banget kalau main langsung. padahal kalau dengerin musik aja, suaranya instrumen ini nggak sekeras ini. jadi apa? nggak nyaman kalau suaranya nggak bisa kedengaran tapi nggak nyaman juga kalau suaranya terlalu keras. apa yang salah sebenarnya? nggak cocok apa sama instrumen ini? tapi mau bisaaaaaaaaaa.
a-payah? eh, nggak payah dong berarti #naonsih
Mari nge-geje. Makin kesini makin ga bisa serius wkwkwk
Sebenarnya bingung mau nulis apa, tapi demi kesehatan mental, saya harus menulis. HahahaHAHA. cih.
Karena saya nggak bisa teriak seenaknya, karena faktor nggak ada tempat dan well, karena saya emang nggak bisa teriak. *nginget waktu masih di kendo* uh, mau dipaksain gimanapun tetap nggak bisa teriak. Walaupun sudah di tempat sepi sekalipun, di pantai yang nggak ada orang pun kayaknya tetap nggak bisa teriak. Eh, ngapain ini ngomong soal teriak.
Okay, ngapain ya? Ah, jadi, hari ini tampaknya aku jadi sadar tentang sesuatu.
Pokoknya ada yang salah. Ada yang benar-benar salah. Tadi tuh, ke studio. Lebih tepatnya studio musik. Ngapain? Random. Orang yang gak bisa main alat musik kayak saya mau main apa sih? gimme a break, i wanna laugh out loud. HA!
Kayak udah hilang sense, entahlah. Pokoknya sesuatu, dulu masih bisa nyoba ngikutin orang main *biarpun dasar doang* atau seenggaknya ngebayangin mana aja yang harus dipukul. Sekarang nggak bisa sama sekali. Kenapa sih? Apa sih yang salah? Waktu duduk di situ tuh,
"wat? apa yang harus gue pukul? harus bikin suara kayak gimana?"
sekalinya nyoba mukul,
"keras banget, masih nggak bisa koordinasi tangan dan kaki juga." *iyalah latihan gak pernah*
jadi apa yang salah? aku mau bisa main instrumen ini, tapi suaranya keras banget kalau main langsung. padahal kalau dengerin musik aja, suaranya instrumen ini nggak sekeras ini. jadi apa? nggak nyaman kalau suaranya nggak bisa kedengaran tapi nggak nyaman juga kalau suaranya terlalu keras. apa yang salah sebenarnya? nggak cocok apa sama instrumen ini? tapi mau bisaaaaaaaaaa.
Friday, 15 February 2013
whatever
banyak orang takut kehilangan kemampuan menulisnya, suatu kemampuan yang bahkan dari awal aku nggak punya. kata guru bahasa indonesiaku yang penting saat menulis itu adalah kejujuran. yang dimaksud kejujuran dalam menulis itu apa sih sebenarnya? aku nggak pernah tahu apa itu kejujuran dalam menulis. err-- karena bakal random seperti biasa, biarin lah ya. lompat-lompat.
ngomong-ngomong soal menulis, sepertinya menulis itu penting ya, maksudku, seperti sekarang ini. mengutarakan pikiran, bukannya dipikirkan sebentar lalu dilupakan dan jadi sampah. setelah kupikir-pikir, sepertinya menuangkan apa yang dipikirkan dan dirasakan ke dalam suatu wadah sebenarnya penting. nah, salah satu wadah itu contohnya tulisan. kenapa, kalau buat aku sendiri sih sepertinya untuk menjaga kewarasan yang terancam akibat tuntutan orang tua dan keinginan yang terpaksa harus dipendam. anak muda zaman sekarang ini mentalnya lemah ya, kena goncangan sedikit aja stress. sebenarnya kepikiran juga sih, aku ini cuma mau lari atau apa sih dengan menulis kayak gini? ah, peduli setan lah.
hm, kenapa nggak kepikiran buat nulis kayak gini ya dari dulu? emang sih, cuma kayak jurnal biasa. ah, mungkin sebabnya dulu karena nggak mau diliat kayak lagi nulis diary--err, bodoh? iya. dan juga pengennya kebodohan pikiranku jadi rahasia sendiri saja. tapi belakangan ini, aku merasa butuh dikritik, butuh mendengar pendapat dan pemikiran orang lain juga. tapi sayangnya yang mau ditanya dan diajak ngobrol cuma sedikit. susah. ya, level obrolan mereka lebih tinggi kali jadinya pertanyaanku membosankan atau bodoh. ck.
Sunday, 10 February 2013
why do i have to bother about its title?
Jadi ingat dulu, waktu awal-awal itu suka-nya yang grafis-nya lucu. Ya, biarpun tetap entah kenapa ada sedikit ketertarikan sama yang macam spiderman, superman, dan lalala yang gambarnya nggak lucu :p
Belakangan ini lagi nge-fans banget sama Slam Dunk. dulu sih, nggak begitu tertarik karena gambarnya yang sangar dan temanya olah raga, dulu nggak suka olah raga sih. Tapi sekarang, wah rasanya semangat kalo baca manga yang satu ini. Dan jadinya tertarik baca karya Takehiko Inoue yang lain lagi kayak misal Vagabond. Sekarang sih lagi zamannya orang-orang pada suka Kuroko no Basuke, katanya. Tapi belom ada ketertarikan buat baca dan larinya malah ke Slam Dunk, ehehe. Rada nyesel juga nggak dari dulu baca, biarpun sempat nonton anime-nya di TV, tapi kayaknya cuma beberapa episode awal yang op-nya Kimi ga Suki da to Sakebitai dan ed-nya masih yang pertama *nggak tau judulnya*, somehow inget pernah denger lagunya waktu nonton lagi kemarin.
Yang menyenangkan dari baca Slam Dunk ini sih, humornya, saya suka; BANGET. Grafis-nya, this is my favourite kind of manga graphics for now. Ceritanya realistis, bagi saya anyway. Kecuali mungkin bagian dimana orang-orang itu nggak ngalamin cedera kepala berat habis diadu kepalanya, dipukul alat pel, dibenturin ke tembok, dan dipukul pake pipa logam. :p
*sesi fangirl*
Ryotaaaaaaa, kamu cerdik sekali, entah kenapa kalo kamu tuh rasanya jadi nguasain permainan dengan taktikmu~ Lucu banget sih~
Sendoh lucu~ nyante~ cool. Ekspresi-nyaaaaaaaa :3
Rukawa... cold, aloof, almost unfeeling. Those are what i like about him x3
Akagi, seseorang yang menjadi hebat karena effort, kapan saya bisa mengusahakan diri saya untuk jadi lebih baik kayak kamuuuuuuuu
Kogureeee~ lucu deh pake kacamata~ kamu orang baik ya, mas :3 you're pretty good on the court anyway :3
the last but not least, Mitchan~ #digaplak ; rasanya seperti melihat diri sendiri, tapi masalahnya kalau saya masih Mitchan versi brandal. Yang saya lihat itu, bocah rada arogan dan nggak mau kalah, karena 'jatuh' malah tenggelam ke self-pity, pelariannya yang salah, depresi, pengen balik tapi ragu, kehilangan sebagian diri, bingung, masih mencari. Dan ketika liat pak Anzai, akhirnya dia ngaku dia masih mau main basket. aaaaaaaaa~ Mitchan manis deh. sukaaaaaaaaaaaaa. semoga saya bisa melewati fase yang 'itu' sama halnya seperti kamu, Mitsui. *mungkin harus potong rambut*
*end*
Yang saya suka juga sih, perkembangan karakter.
Hanamichi yang akhirnya sadar bahwa ia benar-benar cinta basket. Rukawa yang akhirnya bisa kerja sama. Miyagi yang pada akhirnya selalu bisa jadi percaya diri. Mitsui yang akhirnya bangkit dari 'jatuh'-nya. Dan lalalala
sukasukasukaaaaaaaaaa X3
Dan yang terpenting lagi, jadi sadar olahraga itu penting ==d *lirik Mitsui yang staminanya berantakan wkwkwk*
ah, sudahlah. harusnya sekarang belajar anfisman dan bikin summary tapi mager. mungkin milih tidur aja :p
Belakangan ini lagi nge-fans banget sama Slam Dunk. dulu sih, nggak begitu tertarik karena gambarnya yang sangar dan temanya olah raga, dulu nggak suka olah raga sih. Tapi sekarang, wah rasanya semangat kalo baca manga yang satu ini. Dan jadinya tertarik baca karya Takehiko Inoue yang lain lagi kayak misal Vagabond. Sekarang sih lagi zamannya orang-orang pada suka Kuroko no Basuke, katanya. Tapi belom ada ketertarikan buat baca dan larinya malah ke Slam Dunk, ehehe. Rada nyesel juga nggak dari dulu baca, biarpun sempat nonton anime-nya di TV, tapi kayaknya cuma beberapa episode awal yang op-nya Kimi ga Suki da to Sakebitai dan ed-nya masih yang pertama *nggak tau judulnya*, somehow inget pernah denger lagunya waktu nonton lagi kemarin.
Yang menyenangkan dari baca Slam Dunk ini sih, humornya, saya suka; BANGET. Grafis-nya, this is my favourite kind of manga graphics for now. Ceritanya realistis, bagi saya anyway. Kecuali mungkin bagian dimana orang-orang itu nggak ngalamin cedera kepala berat habis diadu kepalanya, dipukul alat pel, dibenturin ke tembok, dan dipukul pake pipa logam. :p
*sesi fangirl*
Ryotaaaaaaa, kamu cerdik sekali, entah kenapa kalo kamu tuh rasanya jadi nguasain permainan dengan taktikmu~ Lucu banget sih~
Sendoh lucu~ nyante~ cool. Ekspresi-nyaaaaaaaa :3
Rukawa... cold, aloof, almost unfeeling. Those are what i like about him x3
Akagi, seseorang yang menjadi hebat karena effort, kapan saya bisa mengusahakan diri saya untuk jadi lebih baik kayak kamuuuuuuuu
Kogureeee~ lucu deh pake kacamata~ kamu orang baik ya, mas :3 you're pretty good on the court anyway :3
the last but not least, Mitchan~ #digaplak ; rasanya seperti melihat diri sendiri, tapi masalahnya kalau saya masih Mitchan versi brandal. Yang saya lihat itu, bocah rada arogan dan nggak mau kalah, karena 'jatuh' malah tenggelam ke self-pity, pelariannya yang salah, depresi, pengen balik tapi ragu, kehilangan sebagian diri, bingung, masih mencari. Dan ketika liat pak Anzai, akhirnya dia ngaku dia masih mau main basket. aaaaaaaaa~ Mitchan manis deh. sukaaaaaaaaaaaaa. semoga saya bisa melewati fase yang 'itu' sama halnya seperti kamu, Mitsui. *mungkin harus potong rambut*
*end*
Yang saya suka juga sih, perkembangan karakter.
Hanamichi yang akhirnya sadar bahwa ia benar-benar cinta basket. Rukawa yang akhirnya bisa kerja sama. Miyagi yang pada akhirnya selalu bisa jadi percaya diri. Mitsui yang akhirnya bangkit dari 'jatuh'-nya. Dan lalalala
sukasukasukaaaaaaaaaa X3
Dan yang terpenting lagi, jadi sadar olahraga itu penting ==d *lirik Mitsui yang staminanya berantakan wkwkwk*
ah, sudahlah. harusnya sekarang belajar anfisman dan bikin summary tapi mager. mungkin milih tidur aja :p
Subscribe to:
Posts (Atom)